Sunday, August 12, 2012

Agresi Belanda saat jaman revolusi - pembantaian di Indonesia oleh belanda


Album Foto di Tempat Sampah Gegerkan Belanda

Posted by KabarNet pada 06/08/2012

Jakarta – KabarNet: Pada awal bulan Juli ini di negeri Belanda sedang hangat hangatnya membicarakan sejarah Aksi Polisionil Belanda di Indonesia antara 1947-1949. Semua berawal dari sebuah album foto yang ditemukan secara tidak sengaja di sebuah tempat sampah di Kota Enschede dan dimuat pertama kali oleh koran VOLKSKRANT, salah satu koran terbesar di Belanda.

Di Belanda sendiri, sejarah tentang aksi polisionil tidak diajarkan secara mendetil dalam kurikulum mereka, seolah seperti bagian yang ingin dipetieskan, berikut adalah artikel koran yang pertama dimuat tanggal 10 Juli 2012.
Berikut adalah terjemahannya :

Foto foto pertama dari eksekusi pasukan Belanda di Indonesia

Lidy Nicolasen – 10 Juli 2012 , 07:35 Untuk pertamakali dalam sejarah, foto dari sebuah eksekusi ditemukan, kemungkinan foto foto dari eksekusi yang dilakukan oleh tentara belanda selama masa aksi polisionil di negara jajahan Hindia Belanda. Foto foto ini ditemukan dalam album foto pribadi seorang tentara yang dikirim pemerintah belanda ke Indonesia dalam sebuah misi militer.
Dalam foto foto ini dapat dilihat eksekusi dari tiga pria indonesia. Mereka berdiri dengan punggung mereka menghadap kearah regu tembak yang berdiri pada sisi lain sebuah parit, foto menunjukkan momen ketika mereka ditembak. Parit dipenuhi dengan mayat mayat nrang yang dieksekusi, terlihat dari foto kedua. Pada sisi sebelah kiri anda bisa melihat dua personil militer belanda yang bisa dipastikan dari seragam mereka.
Belum pernah ada sebelumnya
Tim ahli dari Institue Dokumentasi Perang ( Ned Indie Oorlog Documentation) dan Institut Sejarah Militer Belanda ( NIMH ) mengatakan bahwa mereka belum pernah melihat foto foto ini sebelumnya “ ini bukan foto sembarangan dan tentu saja tidak benar jika setiap veteran membawa foto semacam ini pulang” seorang pegawai NIMH mengatakan demikian. Demikian juga bagi NIOD foto foto ini tidak dikenali sebelumnya , tegas Rene Kok: “kami memiliki banyak album disini, sebenarnya kami mengharapkan gambar seperti ini muncul dan momen ini ternyata adalah saat ini, gambar ini tidak pernah saya lihat sebelumnya”.
Para sejarawan tidak meragukan keotentikan foto , namun tentang lokasi tepatnya dan kondisi eksekusi belum diketahui, kemungkinan riset lebih jauh akan dapat memberikan lebih banyak detail.
Pemilik foto adalah seorang prajurit dari Enschede. Dia sudah meninggal. Dia dikirim sebagai tentara wajib militer pada 1947 tepat sebelum agresi pertama dan kembali pada 1950 setelah Belanda menyetujui kemerdekaan Indonesia. Dia bertugas pada batalion artileri. Sejarah tentang batalionnya tidak pernah menuliskan tentang eksekusi. Namun tetap saja memungkinkan bagi pasukan artileri untuk mengawal pasukan infantri atau pasukan khusus yang melakukan eksekusi.
Eksekusi yang dikenal adalah Rawagede di Jawa Barat dan di Sulawesi Selatan. Tahun lalu keluarga korban dari pembantaian Rawagede telah mendapatkan uang kompensasi dari pemerintah Belanda. Pemerintah belum merespon mengenai tuntutan hukum mengenai pembantaian di Sulawesi Selatan. Tidak diketahui jumlah korban orang Indonesia secara pasti dari kedua aksi tersebut.
Prajurit pemilik foto ini tidak pernah membicarakan keberadaan dari foto ini. Dan mungkin saja tak seorangpun akan menyadari album fotonya jika mereka tidak menemukannya di tempat sampah di Enschede. Tidak diketahui siapa yang telah membuangnya. Pemilik album ini tidak memiliki anak dan hidup sendirian dalam beberapa tahun terakhir.
TEMPAT SAMPAH
Seorang pegawai pemerintah kota Enschede menemukan album tua di sebuah tempat sampah, pegawai ini memang mengoleksi foto foto untuk mengilustrasikan kehidupan dari warga kotanya sendiri. Album ini pasti akan tetap ada ditempat sampah seandainya dia tidak menyadari foto dari tawanan, ketika itu dia melihat lebih dekat ke album foto dan baru menyadari bahwa dia menemukan album foto dari sebuah eksekusi.
Saat ini tiga institut penelitian sejarah meminta pemerintah untuk melakukan investigasi ulang dari aksi polisionil antara 1949 hingga 1950 untuk lebih mengungkapkan fakta tentang perang di Indonesia. Pemerintah belum memberikan jawaban ============================= publik Belanda pun mulai membicarakan berita ini baik yang pro maupun yang kontra, namun di negara kita sama sekali tidak mengetahui berita ini, tak ada satupun media di Indonesia yang mengangkat masalah ini dan inipun menguatkan opini publik Belanda ketika pertama kali foto ini ditemukan dan dimuat ,dimana mereka mengatakan “Untuk apa kita meributkan kejadian ini? orang Indonesia sendiri saja tidak peduli dengan kejadian ini dan sejarah mereka”.
Benarkah generasi Indonesia saat ini adalah generasi yang memang tidak peduli dengan sejarah bangsanya? Benarkah opini mereka? Layakkah bagian dari kisah perjuangan dan pengorbanan para pendahulu kita untuk dihapuskan, dilupakan dan seperti kisah ini……dibuang di tempat sampah?
Tampak dalam foto mereka yang tanpa seragam tempur maupun persenjataan, bisa jadi mereka adalah warga sipil, namun bagi warga sipil sekalipun membutuhkan nyali yang besar bahkan hanya untuk menutup mulut tentang jumlah kekuatan maupun keberadaan pejuang RI, hingga bagaimana mereka melihat kawan mereka bergelempangan satu persatu diterjang peluru dan tetap tegar bersikap tidak kooperatif..
Tampak dalam foto tiga orang yang berdiri dengan ceceran darah didekatnya yang menunjukkan telah terjadi eksekusi sebelumnya.
Jika kawan kawan memiliki kepedulian terhadap kisah sejarah ini mohon bantulah untuk share artikel ini, agar bangsa kita tahu apa yang sedang terjadi di Belanda dan untuk mematahkan anggapan bahwa bangsa Indonesia tidak peduli dengan sejarahnya, saya akan terus menulis menerjemahkan koran-koran yang terbit di Belanda berkaitan dengan masalah penemuan foto ini.

Profil Jacobus, Prajurit Pemilik Album Foto

Profil Prajurit Jacobus, Album Foto yang Ditemukan di Tempat Sampah
Dalam artikel di atas diulas secara lengkap siapa prajurit pemilik album foto yang ditemukan di tempat sampah dan hangat menjadi pembicaraan di negeri Belanda, berikut adalah artikel dari koran Volskrant masih tanggal yang sama :
Sebuah foto dari barisan mayat, hanya sebuah jepretan
Album foto dari Jacobus R, pasukan artileri lapangan dari Enschede, menunjukkan gambaran yang mengerikan dari pembunuhan oleh Belanda pada 1947,selama masa agresi militer pertama di Indonesia. Tampak sperti sebuah jepretan foto dari kehidupan seorang prajurit.
Prajurit Jacobus R yang membanggakan, pria modern dari Enschede, dengan jaket, dasi , rambut mengkilap dan kumis seperti Clark Gable. Tepat sesudah perang dunia kedua pada 1947 dia dikirim wajib militer ke Indoneria. Dia ditugaskan di Barak Angkatan Darat Kerajaan di Ede dan bergabung dengan resimen artileri lapangan yang sudah diperbaharui. RVA adalah singkatannya.
Mulai saat ini nama RVA dituliskan dibelakang nama keluarganya
Sebagaimana kawan kawan seusianya juga bergabung dalam wajib militer. Di Ede mereka dilatih bagaimana bertempur dalam perang di timur jauh ( indonesia ) . Mereka juga diberitahu tentang pecahnya revolusi di negeri hindia belanda dan dibutuhkan sebanyak mungkin pasukan untuk mengembalikan kekuasaan Belanda. Karena pasukan KNIL saat itu tidak dalam kondisi yang baik sejak jatuh ke tangan Jepang. Di Belanda, ribuan sukarelawan mendaftarkan diri, sejak musim semi 1947, wajib militer juga digabungkan dalam Angkatan Darat, pemerintah mengatakan tentang operasi polisionil yang bertujuan untuk membebaskan penduduk Indonesia dari para pemberontak, namun kenyataannya mereka berakhir dalam perang gerilya yang mengerikan.
Jacobus adalah anak seorang penata rambut. Mungkin nama panggilannya adalah Jaap atau mungkin Koos. Dia sudah meninggal ,bahkan keluarganya pun tidak mudah untuk menemukan jawabannya, mungkin saja dia benci untuk pergi ke Indonesia. Antara satu sama lain antar prajurit, mereka banyak mengeluh. Tepat sesudah perang dunia kedua berakhir, tidak banyak pemuda yang memiliki hasrat untuk bertempur, namun menolak wajib militer adalah sama artinya dengan memilih melawan negara dan dipenjara.
Beberapa dari mereka juga memandang ini sebagai sebuah kesempatan untuk pergi berpetualang, pergi dari Belanda yang pengap dan kacau balau menuju tanah yang menjanjikan : Indonesia
Pada 8 Mei 1947 Jacobus memasuki kapal pasukan MS Johan van Oldenbarnevelt. Saat menyeberangi equator, dia dan kawan-kawannya mendapatkan gelar diploma. Dalam sertifikat tersebut dapat dibaca bahwa Neptune, dewa lautan, menyatakan bahwa dia layak dan mampu untuk menaklukkan semua marabahaya di Timur Jauh, Indonesia. Nampaknya dia sangat bangga dengan hal tersebut, jika tidak tentunya dia tidak akan menaruhnya didalam album fotonya tiga tahun setelah semua ini berlalu.
SATU BULAN PERJALANAN
Perjalanan itu memakan waktu hampir satu bulan lamanya, pada 5 Juni 1947 mereka sampai di Tanjung Priok, pelabuhan di Jakarta di pulau Jawa. Setelah singgah sehari mereka dinaikkan truk militer sejauh ratusan kilometer ke sebuah tempat bernama Batujajar dekat Bandung. Rencana mereka adalah mengambil alih pasukan KNIL dan relawan, tapi karena situasi politik ( agresi militer I akan segera dilaksanakan dalam waktu satu bulan) maka aksi itu ditunda.
3-12 RVA berada dibawah komando basis militer Bandung. Aturan tertulis mereka seharusnya memiliki empat senjata api, namun pada kenyataannya mereka harus menggabunfkan beberapa persenjataan tua untuk membuat artileri primitif. Tak seorangpun tahu bagaimana mengoperasikan artileri lapangan 7,5 karena mereka dilatih untuk mengoperasikan artileri 9, hanya beberapa perwira KNIL yang melatih mereka namun tak lama kemudian 2 perwira pergi untuk mendapat pelatihan menjadi komandan anti udara.
Pada pagi hari tangal 23 Juli, dua hari setelah aksi polisionil berjalan untuk pertama kalinya melakukan latihan dengan amunisi sungguhan. Pada hari yang sama juga mereka mendapatkan perintah untuk memindahkan persenjataan artileri ke Cilampeni,sebelah selatan bandung pada malam harinya.
Dua hari kemudian mereka terperangkap ditengah pertempuran ketika Soreang dikuasai pejuang Indonesia dan mereka harus mensupport pasukan infantri dengan tembakan ke desa desa dan tembakan kearah bunker bunker lawan. “Sangat Efektif“, itulah yang tertulis dalam catatan sejarah batalion yang menulis laporan menyeluruh tentang operasi Batalion 3-12 RVA, dokumen ini sekian lama berstatus dokumen sangat rahasia,namun saat ini siapapun dapat membuka arsip ini, tersimpan di Arsip Nasional Den Haag. Tidak tertulis detil seberapa “efektif”nya operasi ini berjalan.
Pada hari sabtu mereka kembali ke markas Batujajar dan sehari kemudian mereka diserang oleh 200 tentara Indonesia. Pertempuran berlangsung selama satu setengah jam. Seorang prajurit KNIL terluka. Mata mata mengatakan bahwa musuh menderita kerugian setidaknya 30 tewas dan 15 korban luka. Pada hari yang sama juga, 3-12 RVA mendapat bantuan seorang Kapten KNIL yang berpengalaman dibidang artileri.
Mereka bergerak lebih jauh ke selatan untuk mendukung aksi okupasi dari angkatan darat. Aksi Polisionil pertama berakhir pada awal Agustus 1947. Bulan September adalah bulan yang tenang,kecuali datangnya masalah infeksi penyakit kulit. Prajurit yang tidak istirahat di tempat tidur harus berlatih menembak.
Pada November 1947 akhirnya mereka siap untuk serah terima kekuasaan Cilimus dari pasukan KNIL dan sukarelawannya (A III Field). Pada akhir Desember salah satu jeep mereka terkena ranjau dan dua orang tewas dengan satu orang terluka parah. Mereka harus melakukan banyak kegiatan patroli, namun ini seharusnya bukanlah tugas dari pasukan artileri dan lagi ada banyak orang yang menderita penyakit.
Album foto ini tidak menceritakan apakah Jacobus juga menderita sakit juga. Dia tidak memotret kawan kawannya yang sedang sakit atau terluka. Sangat bisa dipastikan bahwa Jacobus menukar kameranya dengan kawan-kawannya karena dia sendiri nampak dalam abum fotonya dan kemungkinan juga bukan hanya dia yang membawa kamera. Sayangnya dia tidak menuliskan keterangan foto di albumnya sehingga informasi mengenai tempat dan waktu tidak ada.
Kadang ada beberapa foto yang sesuai dengan sejarah resmi. Seperti contoh evakuasi dari pasukan TNI dimana pasukan TNI dengan topi dan peci berwarna hitam. Dengan truk chevrolet milik militer ( cat dan krom mengkilap ) mereka dipindahkan ke garis demarkasi seperti yang sudah disepakati pasca aksi agresi militer I. Jacobus dan kawan kawannya menemani konvoi pemindahan sambil mengambil beberapa foto dalam perjalanannya.
Penghabisan
Berdasarkan catatan sejarah batalion,mereka mulai menyerang kelompok bersenjata yang tersisa yang mereka maksudkan disini adalah kelompok Hisbullah dan Sabilillah, kelompok muslim yang menolak hasil perundingan dan memilih untuk tetap bertempur dengan Belanda. Pasukan Belanda menghabisi mereka dengan cepat dan mudah sedangkan pemuda Indonesia lain tidak melakukan tindakan apapun. (karena terikat perjanjian damai.pen)
Mungkin saja kelompok muslim ini yang menjadi korban penembakan dalam foto, mereka tidak berseragam dan tidak berambut panjang seperti para pejuang kemerdekaan yang fanatik pada umumnya kala itu. Namun bisa juga mereka ini gerombolan pengganggu keamanan yang ditemukan di lingkungan area tersebut.
Sepertinya bukanlah Jacobus pelaku langsung eksekusi , hal macam itu bukanlah tugas seorang prajurit artileri, namun adalah tugas dari pasukan khusus. Pasukan khusus harus melumpuhkan kekuatan musuh dan mengembalikan keadaan kembali aman, jadi kemungkinan pasukan inilah yang berpatroli semacam ini. J.A Moor seorang ahli mengenai Indonesia menyatakan bahwa taktik yang digunakan pasukan khusus dalam aksi polisionil (perang westerling) adalah keras dan teliti. Eksekusi dan penghabisan dari tawanan adalah hal yang biasa. Tidak pernah ada estimasi data pasti jumlah korban dikarenakan laporan sudah hilang atau mungkin bahkan sengaja tidak dituliskan. Aturan resmi seharusnya tawanan dipindahkan ke tempat khusus untuk interogasi, namun taktik dari pasukan khusus adalah adalah pendadakan dan menghabisi lawan ( surprise and eliminate ) dan mereka ini tidak terbiasa membawa tawanan perang.
Saksi.
Jadi Jacobus menyaksikan pembantaian ini. Dia mengambil gambar dan tampaknya tak seorangpun berusaha mencegah dia memotret. Bahkan sesudahnya pun tak ada yang meminta roll film nya. Hingga kemudian hari dia menyimpannya dalam album foto pribadinya.
Foto foto ini diperkirakan dibuat pada awal 1948. Ada banyak sekali pertempuran di Jawa Barat sekalipun aksi polisionil kedua belum dimulai. Batalion 3-12 RVA menuliskan dalam laporannya : “tembakan dimana mana” , seperti yang telah mereka sebut tembakan ke desa desa, lapangan udara, tambang tembaga.
Dalam “laporan tembakan” juga dituliskan rinci hingga berapa jumlah granat yang mereka gunakan, data kematian juga dituliskan, namun 3-12-RVA tidak pernah menuliskan apapun tentang eksekusi.
Ada kekhawatiran lain juga yang membutuhkan perhatian mereka. Pada akhir Januari 1948 mereka menemukan 10 buah Radio Amerika. Jacobus memotretnya. Laporan menuliskan : “setelah dipelajari beberapa staff , radio dapat difungsikan dengan cukup baik, baik digunakan di pos permanen sebagai pengintai di garis depan dan juga mudah digunakan untuk berpindah pindah karena mudah untuk diangkut.
Namun mereka punya masalah yang lebih besar dengan kendaraan “bersyukur atas kemampuan dan bakat improvisasi dari para mekanik,kendaraan dapat berjalan dengan layak” begitu tulis Commander A.Lammers. Dia juga menuliskan bahwa moral prajuritnya terjaga dengan baik. Juga laporan pada pertengahan 1948, dia mengeluhkan mengenai perlengkapan dan komunikasi telepon namun kekuatan mereka masih utuh dengan 11 perwira, 16 sersan dan 186 prajurit. Hanya saja jumlah tentara yang sakit bertambah.
Satuan ini terpisah menjadi dua kelompok, kemungkinan Jacobus bergerak lebih ke timur yaitu ke Tegal. Melewati Pemalang,mereka menuju Belik dimana mereka tergabung dalam kelompok tempur “Bernardi”. Pada 19 Desember 1948 aksi polisionil kedua (operasi gagak) dimulai, mereka membantu pasukan infantri untuk mengecek desa desa dan memberikan support pada batalion zeni.
Ternyata pertempuran sama sekali belum terhenti bahkan saat aksi polisionil kedua ini berakhir pada Januari 1949. Kenyataannya di lapangan perang gerilya terus berlanjut hingga gencatan senjata pada Agustus 1949, hingga Desember 1949 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Sejak saat itu pula Jacobus dan kawan kawannya ingin untuk kembali pulang. Jacobus juga memotret foto pasukannya yang sedang mengundurkan diri. Pada Maret 1950 resimen dari prajurit Jacobus dikembalikan pulang ke Belanda oleh Kapal Angkut Pasukan Amerika “Fair Sea”. Sesampainya di Belanda, 3-12 RVA dihapuskan.
Sesampainya dirumah dia menempatkan seluruh fotonya dalam sebuah album foto, jepretan dari rekan-rekannya sesama prajurit, jeep, peralatan radio, bangunan, foto wanita Indonesia yang mencuci di sungai, sebuah desa atau parade kecil dari anak anak sekolah. Dia juga menyelipkan sertifikat Diploma yang dia dapat, mata uang Indonesia, surat izin penggunaan senjata, kartu tahun baru dari 3-12-RVA dan sertifikat dari insignia yang dia dapatkan dari Menteri Perang ( Minister of War ). Dan juga tersimpan foto pacarnya, orang tuanya, anjingnya dibawah pengering di sebuah salon dan foto rekreasi ke Valkenburg dan Pisa. Ringkasan kehidupan pada umumnya setelah 3 tahun peperangan.
Diterjemahkan dari koran Volkskrant oleh Ady Erlianto Setyawan. [KbrNet/Roode-Brugsoerabaia]

Saturday, June 2, 2012

Awet muda dengan terapi HGH


“Aduuh… meuni geulis pisan.. meuni kinclooong!” atau, “Hebat lho, sampai sekarang Ibu masih sregep dan trengginas.” Hayoo… siapa yang nggak bangga kalau mendengar orang mengomentari kita seperti itu?

Tetap sehat dan terlihat awet muda memang dambaan setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan. Tapi harus diakui, kaum perempuan memang lebih ‘heboh’ dalam bidang ini. Berabad tahun yang lalu, perempuan Mesir rela berendam dalam lumpur karena lumpur dipercaya dapat mengencangkan kulit, ... konon. Di Magetan, Jawa Timur, disinyalir masih banyak orang yang mencuci wajahnya dengan air terjun Tirto Sari agar tetap awet muda. Belakangan ini Singapura sedang getol mempromosikan pentingnya manusia modern melawan penuaan dini.


Cleopatra
Tentu ini bukan untuk melawan takdir, karena usia tetap berada di tangan Tuhan. Tapi tidak ada salahnya kan, sekadar menunda gejala alam agar hidup bisa dinikmati dengan nyaman.


Keinginan untuk tetap sehat dan awet muda, yang kini bahkan telah melanda mereka yang masih berusia 25–35 tahun, merupakan tantangan bagi para ahli bioteknologi untuk mengungkap misteri cara-cara menunda penuaan. Penyebabnya diperkirakan antara lain polusi udara, diet yang tidak sehat, dan stres. Juga serangan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh, belum lagi masalah menopause dini yang memunculkan penyakit-penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes.
Kebetulan, salah satu delegasi yang sedang bersidang di UN adalah seorang dokter yang paham dengan terapi sulih hormon, sehingga pada tanggal 19 Februari 2008 beliau, yang datang sebagai anggota POLRI, kami daulat untuk memberikan ceramah seputar topik yang sedang ‘hot’ ini. Ceramah yang disampaikan dr. Anton Castilani MSi, DFM, ini dihadiri oeh pengurus DWP PTRI New York, pengurus DWP KJRI New York dan Forum Perbankan Indonesia. Pada hari itu Pak Dokter memberikan penjelasan tentang penggunaan ‘Human Growth Hormone Therapy’ (terapi sulih hormon pertumbuhan) sebagai salah satu upaya untuk tetap sehat dan awet muda.


 dr. Anton Castilani menerangkan tentang keajaiban Human Growth Hormone (HGH)


Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih komprehensif, materi yang disampaikan oleh dr. Anton dilengkapi juga dengan kutipan pendapat, laporan atau keterangan lain dari berbagai sumber.

Apakah hormon itu?
Hormon (dari bahasa Yunani, horman - "yang menggerakkan") adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau antarkelompok sel. Ia berfungsi untuk memberikan sinyal ke sel target yang selanjutnya akan melakukan suatu tindakan atau aktivitas tertentu.

Pesan hormon sangat bervariasi, termasuk di antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru, atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.


Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak). Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untuk mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya. (Wikipedia)



Letak kelenjar pituitary



Contoh-contoh hormon: Estrogen – hormon sistem reproduksi perempuan dan hormon yang terkait dengan menopause; Testosteron – hormon terpenting dalam tubuh pria; Insulin – hormon yang berhubungan dengan metabolisme gula dan diabetes; Seratonin - rendahnya hormon ini berhubungan dengan depresi; Endorfin – dihasilkan oleh kelenjar pituitary dan hypothalamus di tulang belakang, berhubungan dengan rasa gairah, orgasme, dll.





Lokasi berbagai kelenjar dalam tubuh

Sekarang, apa hubungannya hormon dengan proses ketuaan?
Hormon merupakan “pembawa pesan kimiawi”, di mana reseptor hormon ini terletak di permukaan sel untuk menerima pesan yang dibawa oleh hormon tersebut. Nah, proses penuaan adalah merupakan bagian dari suatu proses, di mana terjadi miskomunikasi metabolik, yang mengakibatkan pesan endokrinologik dari kelenjar hormon regulator tidak dapat mencapai sel resipien yang dimaksud. Dengan kata lain, bila terjadi sesuatu pada si pembawa pesan, maka ‘kusut’lah pesan yang disampaikan.

Kadar puncak produksi hormon menurun seiring pertambahan umur. Bila pada usia 20 tahun, produksi hormon kita mencapai 100%, maka pada usia 30 th menurun menjadi 80%, 40 th menjadi 60%, 50 th menjadi 40%, 60 th menjadi 25%, 70 th menjadi 15% dan 80 th menjadi 5%.



Seorang nenek bersama cucunya

Perempuan mana yang ingin mengalami menopause? Masa menopause perempuan Indonesia rata-rata dimulai pada usia 48 tahun, dipandang oleh sebagian perempuan sebagai masa yang penuh dengan ‘keluhan’. Dr. Hj. Tri Pratiwi Suci SpOG, spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dari Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI menjelaskan bahwa menopause disebabkan oleh adanya defisiensi hormon estrogen akibat berkurangnya sel telur secara alami dalam ovarium. Hal ini mengakibatkan defisiensi hormon estrogen dan progesteron. Kurangnya hormon estrogen mengakibatkan penciutan organ dan proses penuaan, kekeringan kulit dan kurangnya kolagen yang menimbulkan keriputan kulit dan rasa gatal, berkurangnya cairan vagina, dan obesitas. Kurangnya hormon progesteron dapat menurunkan kesuburan pada perempuan.
Dr. Ali Baziad, SpOG memberikan terapi sulih hormon untuk perempuan yang ingin mempunyai anak dan untuk meredam kelihan gejala-gejala menopause yang sangat mengganggu. Pemberian hormon itu untuk mengatasi keluhan menopause seperti pusing, jantung berdebar, sesak nafas, sulit tidur. Terapi sulih hormon tidak bisa membuat seorang menjadi lebih muda, tapi akan terlihat lebih muda. Dengan pemberian hormon tersebut, ia akan tetap bersemangat dan mampu bergerak serta berpikir aktif. Jadi bukan untuk mendapatkan haid kembali. “Masa umur 60 tahun masih ingin haid. Buat Apa? Sudah nenek-nenek! Apa kata cucunya nanti?” canda dr. Ali Baziad.

Apa lagi sih yang terjadi dengan berkurangnya jumlah hormon dalam tubuh kita? Yang jelas, seiring dengan proses ketuaan, muncul ancaman dari berbagai penyakit; seperti jantung koroner, kanker, diabetes, stroke, hipertensi, osteoporosis, osteoarthritis, penyakit autoimun, glaucoma, alzheimer, dll. Tentu tidak semua orang menderita semua penyakit ini. Dan belum tentu kita pasti menderita penyakit-penyakit seperti yang disebutkan tadi.

Beberapa fakta yang didapat menunjukkan beberapa hal, yaitu: th 1980-1990, kelompok usia di atas 100 th bertambah dua kali lipat (sekarang terdapat + 70.000 orang berusia di atas 100 th, diperkirakan menjadi 160.000 orang pada tahun 2010); 90 tahun terakhir, Usia Harapan Hidup meningkat dari 48 menjadi 77 tahun. Dengan usia sepanjang itu, betapa menderitanya (bagi diri sendiri dan keluarga) bila kita menyandang berbagai ragam penyakit berat. Demikian paparan dr. Anton Castilani.

Apa itu terapi Growth Hormone?
Growth hormone (GH), disebut juga somatotropin, adalah hormon protein yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary yang merangsang pertumbuhan dan reproduksi sel. Karena sekarang kita tahu fungsi pentingnya GH sepanjang usia, maka hormon ini harus dipertimbangkan sebagai hormon vital untuk merawat tubuh dewasa. Hal ini diamini oleh Edward M. Lichten, M.D.,P.C. yang berpraktek di Michigan.

Dahulu GH diambil dari kelenjar pituitary manusia, sekarang telah dapat diproduksi dengan teknologi rekombinan DNA, dan diresepkan untuk berbagai sebab. Terapi GH dapat diberikan dalam bentuk alaminya, ataupun biosintetik.

Terapi GH ini awalnya memang hanya diberikan untuk anak-anak yang menderita penyakit yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tubuh. Hingga tahun 2004, USDA (Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat) telah menyetujui penyembuhan dengan terapi GH untuk 6 macam penyakit terhambatnya pertumbuhan pada anak.

Melalui penelitian lanjutan, ternyata GH tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak tersebut di atas, tetapi juga membawa manfaat untuk orang dewasa yang mengalami defisiensi hormon. Manfaat terapi GH untuk orang dewasa akan dirinci kemudian.

Tahun 1996, USDA telah memberikan ijin beredarnya Humatrope, yang merupakan terapi GH untuk pengobatan defisiensi hormon pada orang dewasa. Humatrope diberikan kepada penderita defisiensi GH yang dialami pada usia dewasa (dapat berdiri sendiri atau diiringi dengan defisiensi bermacam hormon sebagai akibat penyakit hypothalamic, pituitary, pembedahan, terapi radiasi, atau trauma), atau defisiensi GH yang telah ada sejak masa kanak-kanak.

Menurut Dr. Amarullah Siregar, beberapa tahun belakangan ini penggunaan hormon dalam bidang anti-aging medicine memang sudah marak. Anti-aging medicine kini merupakan salah satu spesialisasi bidang kedokteran yang menerapkan ilmu dan teknologi Kedokteran mutakhir untuk deteksi dini, pencegahan, terapi, serta membalikkan disfungsi organ-organ dan penyakit yang berhubungan dengan usia tua. Dalam beberapa minggu, terapi sulih hormon akan dapat membangkitkan orang yang tidak berdaya (rendah harga diri, cemas dan depresi) akibat proses penuaan.

Banyak kasus yang ditemui tidak menunjukkan gejala atau keluhan yang nyata terhadap kekurangan atau gangguan keseimbangan hormon. Oleh karena itu pemeriksaan biomarker penting untuk mengetahui secara pasti dan tepat intervensi apa yang akan dilakukan. Selain itu juga penting untuk menentukan dosis pemberian yang tepat pada setiap orang. Untuk menghindari risiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, para ahli merekomendasikan untuk menelusuri riwayat kesehatan keluarga.

Apa sih hebatnya HGH dalam terapi sulih hormon?
Menurut dr. Anton, efek dari terapi HGH sejibun, yaitu: peningkatan massa otot tanpa latihan, penurunan lemak tubuh tanpa diet, peningkatan energi, perbaikan fungsi seksual, pertumbuhan kembali organ yang mengalami penciutan, cardiac output meningkat, fungsi pertahanan tubuh meningkat, daya tahan dalam latihan meningkat, perbaikan faal ginjal, perbaikan tekanan darah, perbaikan profil lipid, percepatan penyembuhan luka, kulit menjadi lebih muda dan tebal, pertumbuhan rambut, berkurangnya kerutan pada kulit, perbaikan sintesa kolagen, berkurangnya selulit, penglihatan dan pendengaran membaik, perbaikan mood, tidak cepat lelah, daya ingat meningkat, dan perbaikan pola tidur.

Kalau diperhatikan, kok seperti kondisi kita waktu masih muda ya? Yah.. sekitar remaja hingga dewasa muda. Tidak heran begitu banyak selebriti tertarik dengan terapi ini. Ditengarai Madonna, Demi Moore, Pamela Anderson, Jennifer Aniston, Debbie Harry adalah pelanggan suntik HGH. Isunya sih begitu. Pernah dengar berita Sylvester Stallone yang baru-baru ini tertangkap basah membawa cairan suntik tersebut? Pantes ya, sudah puluhan tahun dia masih bisa jadi Rambo lagi. Idih, meuni rumpi. Tapi coba lihat foto Madonna di bawah ini.


Madonna, 1986



Madonna, 2007

Kembali lagi pada dr. Anton, istilah yang diberikan Pak Dokter terhadap terapi ini adalah ‘Pengampunan’. Setelah menjalani terapi, tubuh kita akan terasa dan terlihat lebih muda 10 hingga 20 th. Beberapa penyakit akan hilang. Nah pada titik inilah saat ‘Pengampunan’ kita, pergunakanlah dengan baik, dalam arti jaga kondisi tubuh agar tidak berada pada kondisi sebelumnya pada 10-20 th mendatang, karena terapi ini tidak akan menghilangkan penderitaan kita selamanya. Diharapkan agar kita lebih bijaksana dan mengubah kesalahan pola hidup dan pola makan yang selama ini kita jalani.

Seperti apa sih terapi sulih hormonnya?
Sebelum dilakukan terapi, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan dan penelusuran riwayat kesehatan keluarga pasien, dll. Dosis diberikan berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut. Terapi dapat diberikan dalam dua bentuk, yaitu melalui suntikan dan spray. Amat disarankan agar terapi suntik dilakukan oleh dokter yang betul-betul paham dengan jenis pengobatan ini.

Terapi suntik berisi HGH mempunyai daya kerjanya langsung dan diberikan tiap dua minggu. Terapi jenis ini mempunyai resiko overdosis bila dokter tidak hati-hati dan juga terdapat withdrawal effect (kondisi tidak nyaman sewaktu terapi dihentikan). Oleh karena itu sebaiknya terapi jenis ini dilakukan oleh dokter yang ahli. Sementara terapi spray merupakan precursor yang mendorong kelenjar pituitary memproduksi HGH, daya kerjanya tidak langsung, dilakukan dua kali sehari, tidak ada resiko overdosis dan tidak ada withdrawal effect.


Macam obat HGH, dalam bentuk suntikan dan semprotan atau spray

Untuk biaya terapi ini, ada baiknya kita periksa kondisi dompet kita, karena Pak Dokter mematok harga Rp 3-6 juta perbulan (tergantung besarnya dosis) untuk terapi jenis suntikan dan Rp 1,5 juta perbulan untuk terapi jenis spray. Terapi suntikan dilakukan sampai dengan 6 bulan, dan dapat diulangi beberapa tahun lagi bila dirasa perlu.

Pro dan Kontra
Setiap jenis terapi atau penyembuhan baru sudah barang tentu mengundang banyak pro dan kontra. Setelah pemaparan yang indah-indah di atas, tidaklah adil bila tidak dikemukakan resiko negatif pemakaian HGH ini.

Menurut Prof. Dr. Biran Affandi, SpOG dari Klinik Raden Saleh, efek samping terapi sulih hormon estrogen adalah rasa eneg, keputihan, disposisi lemak berlebihan, estripia cervix, nyeri kepala jenis vaskuler, hipertensi, penekanan laktasi dan buah dada tegang karena retensi cairan. Sedang efek samping terapi sulih hormon progesteron antara lain nafsu makan meningkat, berat badan bertambah, cepat lelah, depresi, libido berkurang, jerawat, lama haid berkurang, nyeri kepala dan efek anabolik.

Efek negatif dari terapi GH yang terdokumentasi adalah pembengkakan jaringan lunak, nyeri sendi, sindrom carpal tunnel-like, pembesaran payudara dan diabetes.(MLB.com). Sementara Prof. (emeritus) Mike Besser dari St Bartholomew’s Hospital, London, menambah deretan efek negatif ini dengan hipertensi, penumpukan cairan dan kekhawatiran akan timbulnya kanker. Apalagi bila penggunaannya disalahgunakan.

Penyalahgunaan ini dapat berupa: pemakaian di luar pengawasan dokter ahli, pemakaian tidak sesuai dosis, pemakaian tidak pada penderita defisiensi GH (semata-mata kosmetik), pemakaian dikombinasi dengan steroid, penggunaan obat yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan keabsahannya, dll.

Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, melaporkan bahwa pada penelitian terbaru menunjukkan bahwa terapi sulih hormon menurunkan resiko penyakit jantung koroner hingga sepertiganya pada perempuan yang memulai terapi sesegera mungkin saat memasuki masa menopause. Hasilnya akan berbeda bila terapi diterapkan pada kelompok perempuan yang lebih tua.

Prof. Dr. Biran Affandi, SpOG dalam kesimpulannya mengatakan bahwa terapi hormon dapat mencegah pengeroposan tulang dan penyakit jantung. Oleh karena itu terapi jenis ini dianggap aman bila di bawah pengawasan dokter dan ahlinya. Terapi juga tidak dilakukan dalam jangka waktu panjang. Pendapat ini persis seperti yang dilansir oleh ABC News pada 14 Februari 2008, bahwa “jika terapi GH diberikan dengan dosis yang tepat, efek sampingnya adalah minimal.”

Banyak jalan untuk tampil sehat, segar dan awet muda. Setiap cabang ilmu mencoba memberikan sumbangsihnya. Tidak ada kewajiban kita untuk menjalankan satu jenis atau semua yang ditawarkan. Pelajari, pertimbangkan dan barulah kemudian memilih jenis pencegahan, pengobatan atau terapi yang paling sesuai dengan kita saat ini (yang menurut kita sesuai saat ini belum tentu oke lima tahun mendatang, kan).


Ny. Donna F. Ruddyard, atas nama Ketua DWP PTRI NY, menyerahkan kenang-kenangan kepada dr. Anton Castilani

Ceramah kesehatan yang diadakan pada bulan Februari di PTRI New York ini ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan kepada pembicara. Kegiatan tersebut, ditambah dengan artikel ini mudah-mudahan dapat memberikan, paling tidak informasi yang bermanfaat tentang terapi sulih hormon dan terapi GH, paling tidak untuk Pengurus DWP PTRI New York.

· dr. Anton Castilani, MSi, DFM selain berpraktek sebagai dokter umum adalah juga perwira menengah POLRI yang berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi RI, bertugas di Pusat Kedokteran POLRI bagian Forensik.
· Dr. Amarullah Siregar, FBIHom, DIHom, DNMed, MSc, MA, Ph.D. adalah dokter ahli Naturopati yang berprofesi sebagai Health Care Specialist, Homeopathic Medicine consultant, naturopathic Medicine Consultant, dan Anti Aging Medicine Practitioner.
· Dr. Ali Baziad, SpOG, KFER adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM.


Ny. Donna Febrian Ruddyard

Bidang Pendidikan

sumber
http://dwpptri-ny.blogspot.com/2008/03/awet-muda-dengan-terapi-sulih-hormon.html

baca juga side efect hgh ini di
http://www.ehow.com/way_6171519_hgh-spray-effectiveness.html

Sunday, May 13, 2012

Pengendalian Biologi dan Kesehatan, Konspirasi di Balik Terciptanya Pandemi Untuk Pemusnahan Massal Manusia

Hidup di dunia ini bagaikan hidup di arena tipu muslihat dan penghianatan. Sejak Adam a.s. diturunkan ke muka bumi, selalu saja ada pertentangan antara kebaikan dan keburukan. Lalu sejak zaman Mesir kuno dunia sudah mengenal pertentangan itu sebagai konspirasi. Era-pun berganti, jika salah satu konspirasi zaman dahulu dibuat oleh tukang batu (freemasonry). Maka sejak Era Industri, dunia sudah membuat periode konspirasi yang termutakhir yaitu pengendalian biologi.
Dibalik Pemusnahan Suku Indian

Jauh sebelum Amerika Serikat terbentuk menjadi sebuah negara, kekuatan yang mengatur dan mengendalikan tanah yang baru tersebut adalah terorisme, pemusnahan masal, dan perang biologi melalui penyebaran kuman-kuman dan penyakit-penyakit terhadap penduduk aslinya. Salah satu penyerangan yang tercatat dalam sejarah adalah yang dilakukan oleh Jendral Jeffrey Amherst.

Beberapa data yang tertuang dalam The Atlas of the North American Indian, and the Conspiracy of Pontiac and the Indian War after the Conquest of Canada, menunjukkan bahwa pahlawan militer yang terkenal ini, telah “menyetujui” pendistribusian selimut dan sapu tangan yang telah terkontaminasi bibit cacar untuk digunakan sebagai alat perang wabah penyakit terhadap Indian Amerika.Bahkan ada bukti tertulis berupa surat yang ditulis sendiri oleh Jeffrey Amherst. Dalam suratnya kepada Kolonel Henry Bouquet, Komandan angkatan bersenjata Inggris, Jenderal Amherts bertanya :

“Tidak bisakah diatur suatu cara bagi pengiriman bibit campak kepada suku-suku Indian yang tidak menyenangkan itu? Dalam hal ini kita harus menggunakan berbagai strategi untuk dapat mengurangi jumlah mereka.”

Bouquet menjawab,

“Saya akan mencoba untuk menularkan penyakit tersebut kepada mereka melalui selimut-selimut yang akan jatuh ke tangan mereka dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak ikut tertular.”

Sangat jelas terdokumentasikan dalam catatan milik William Trent tertanggal 24 Mei 1763, seorang komandan militer lokal dari Pittsburgh.

“Kami memberi mereka dua selimut dan sebuah sapu tangan yang kami ambil dari Small Pox Hospital. Saya harap hal itu akan menimbulkan dampak yang diharapkan.”

Epidemi cacar secara cepat tersebar diantara lelaki, wanita dan anak-anak suku Pontiac (suku Indian). Jenderal Amherst sangat terkesan atas hasil yang sangat efektif pada perang kuman tersebut, sehingga dalam suratnya kepada kolonel Henry Bouquet tertanggal 16 Juli 1763, dia mengesahkan Perang Biologi sebagai kebijakan resmi Amerika dan memerintahkan penyebaran selimut-selimut yang telah terinfeksi campak untuk “memusnahkan para Indian” dan menyarankan agar Bouquet mencoba metode-metode lain yang dapat memusnahkan ras yang buruk ini. Dalam suratnya tertanggal 26 Juli 1763, Bouquet menjawab surat Amherst dan mengkonfirmasikan bahwa;

“Seluruh petunjuk anda akan kami perhatikan”

Seratus tahun kemudian, Secara berkala, penggunaan kuman sebagai senjata dalam peperangan telah menjadi kebijakan AS. Secara berkala, sepanjang abad ke 19, angkatan bersenjata AS menyebarkan selimut-selimut dan benda-benda lain yang telah terkontaminasi bibit penyakit kepada suku asli Amerika, termasuk mereka yang telah ditahan di kamp-kamp konsentrasi (Pemerintah secara resmi menyebut lokasi ini sebagai wilayah reservasi/reservations. Tujuan dari serangan biologi ini adalah untuk memusnahkan dan membunuh sebanyak mungkin Indian Amerika, jika tidak menghancurkan mereka semua.

Pemerintahan awal Amerika, juga kemudian Pemerintahan Amerika Serikat yang berdiri secara sah, tidak pernah menganggap Suku asli Amerika sebagai manusia. (Mereka menganggap suku asli sebagai makhluk yang tidak diinginkan, dan berkualitas dibawah manusia).

Agen penyebar penyakit yang digunakan yang tercatat dalam sejarah bukan hanya cacar. Saat ini merekapun menggunakan Variola, yang dapat disimpan dalam kondisi kering, juga kolera dan cacar. Metoda penyebaran yang mereka pilih masih melalui penyebaran selimut-selimut dan alat-alat lain yang didistribusikan kepada para Indian.

Di tahun 1900, Angkatan bersenjata Amerika Serikat mulai bereksperimen dengan berbagai macam senjata biologi, sebagian diantaranya digunakan pada tahanan perang baik warga Amerika maupun asing. Para korban termasuk lima orang tahanan warga Filipina yang tercemar berbagai macam jenis penyakit, dan 29 tahanan yang secara sengaja ditularkan penyakit beri-beri.

Di tahun 1915, Agen-agen pemerintah mulai melakukan percobaan dengan racun-racun yang dapat menyerang dan menghancurkan otak dan sistem syaraf pusat. Dua belas orang Amerika yang ditahan di penjara Mississippi tercemar pellagra (kekurangan Vitamin B3 atau niacin).
Warga Puerto Rico yang Malang

Pada tahun 1931, Dr. Cornellius Rhoads, seorang agen pemerintah yang dikontrak oleh Rockefeller Institute for Medical Investigation, mulai menginjeksi laki-laki, perempuan dan anak-anak dengan sel-sel kanker. Sebagai Ketua Divisi Senjata Biologi Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, dan juga sebagai anggota komisi energi atom, Rhoads menjalankan radiasi rahasia yang dilakukan terhadap ribuan warga AS yang tidak dicurigai.

Dalam surat-suratnya untuk Departermen Pertahanan, Rhoads secara gambalang menyebutkan “pembasmian“ para pemberontak dengan menggunakan “bom kuman“. Pada saat ditanya mengenai penduduk Puerto Rico, Dr. Rhoads menulis:

”Yang dibutuhkan kepulauan itu bukanlah pekerjaan bagi kesehatan umum, tetapi sebuah ombak pasang, yang dapat menghabiskan seluruh populasi.”

Dr. Rhoads lebih lanjut mengatakan,

“Orang-orang Puerto Rico adalah ras manusia yang paling jorok, paling malas, paling berbahaya dan ras pencuri yang pernah hidup di bumi ini. Saya telah melakukan yang terbaik yang saya mampu untuk melakukan proses pemusnahan, dengan melakukan proses pembunuhan terhadap delapan dan mentransplantasi kanker ke beberapa lagi…. Semua ahli kesehatan menerimanya dengan senang hati dalam penyiksaan atas korban yang tak berdaya.”

Dr. Rhoads mengklaim telah menginjeksi ratusan orang Puerto Rico dengan sel kanker.
Eksperimen Siphilis

Pada 1931, Pemerintah Amerika Serikat mulai melakukan eksperimen dengan siphilis. Korban pertama yang dikenal adalah seorang kulit hitam yang tinggal di Tuskegee, Alabama. Di tahun 1932, dokter-dokter pada Pelayanan Kesehatan Umum tidak melakukan pengobatan terhadap pasien yang terinfeksi dalam dalam rangka mempelajari perkembangan penyakit tersebut pada subjek hidup. Para pasien tidak mengetahui bahwa mereka dijadikan eksperimen pada studi yang diakui secara resmi oleh pemerintah itu. Mereka pikir mereka mendapatkan pengobatan untuk penyakitnya. Padahal, mereka diberi obat-obatan palsu.

Sepuluh tahun berikutnya, ribuan warga Amerika terekspos berbagai macam agen biologi dan kimia. Ini termasuk 400 tahanan di penjara Chicago pada tahun 1942. Mereka semua terinfeksi malaria dalam rangka memperoleh “profil dari penyakit tersebut”.

Pemerintah Amerika Serikat juga memberika izin bagi Komisi Energi Amerika untuk secara rahasia menginjeksi pasien-pasien rumah sakit dengan Plutonium agar mendapatkan “Profil” efek jangka panjang. Sebagian besar individu ini menjadi sakit parah dan kemudian meninggal.
Anthrax

Amerika Serikat dan Inggris mulai melakukan kerja sama dalam pengembangan “Bom Anthrax” yang mereka rencanakan untuk dijatuhkan di kota-kota di Jerman. Target potensial termasuk juga Berlin, Hamburg, Frankfurt, Aachen dan Wilhelmshafen.

Karena Jerman menyerah sebelum bom-bom Antrhax ini diuji pada penduduk Jerman, (target nonmiliter) bom biologis itu kemudian dijatuhkan di pedesaan Gurnard, sebuah pulau di sebelah barat laut Skotlandia. Sebagian besar sapi dan penduduk desa mengidap penyakit parah dan kemudian tewas, dan pulau tersebut tak berpenghuni hingga 45 tahun lamanya.

Begitupun dengan yang dikirimkan USA pada perang teluk yang mematikan ke militer Irak. Sebagian propaganda menyebutkan bahwa USA mengirim beberapa senjata biologi dan kimia untuk Saddam Husein, untuk memusnahkan suku Kurdi yang justru menjadi ujung tombak sendiri bagi Saddam Hussein. Hal ini juga diduga sebagai bahan laporan untuk penelitian ilmuwan mengenai efek-efek yang ditimbulkan dari bahan tersebut.

“FBI menutup-nutupi fakta karena mereka tahu bahwa serangan Anthrax itu adalah pekerjaan orang dalam” (Dr. Barbara Hatch R.)
OPERATION PAPERCLIP

Pada akhir masa Perang Dunia II, Amerika Serikat memperkerjakan ratusan dokter NAZI dan Jepang yang telah melakukan eksperimen-eksperimen yang sadis dan tidak manusiawi terhadap tahanan perang. Salah satu dokter sadis yang telah melakukan berbagai kejahatan terhadap manusia melalui eksperimen-eksperimennya adalah Direktur Angkatan Kerajaan Jepang unit perang biologi, Dr. Ishii.

Dr. Ishii bereksperimen dengan shyphilis, typhoid-laced tomatoes, tetanus, plague-infected fleas, selain juga bom-bom bibit penyakit yang dijatuhkan ke penduduk sipil dan tahanan yang diikat telanjang di tiang kayu guna melakukan eksperimen.
Kelahiran HIV/AIDS

Hingga akhir 1960-an, Ilmuwan-ilmuwan di bawah pengawasan CIA, di Divisi Operasi khusus Fort Detrick, laboratorium dengan keamanan tingkat tinggi, mulai memperoleh kemajuan yang signifikan dalam pengembangan penyakit-penyakit yang menyerang sistem imun tubuh.

Pada tahun 1969, Dr. Robert MacMahan dari Departemen Pertahanan meminta dan menerima $ 10 juta dana dari kongres AS untuk mengembangkan agen Biologi buatan yang tidak ada imunitas alami yang dapat menahannya.

Dalam Kongres dia mengatakan :

“Ada dua hal tentang bidang agen biologi yang ingin saya sebutkan. Pertama adalah kemungkinan kejutan teknologi. Biologi molekuler adalah bidang yang berkembang sangat cepat dan ahli-ahli biologi terkenal percaya bahwa dalam periode waktu 5 hingga 10 tahun akan sangat mungkin diciptakan sebuah agen biologi buatan, suatu agen yang secara alami tidak ada, dan dimana imunitas alami pun tidak ada. Dalam 5 hingga 10 tahun, sangat mungkin untuk diciptakan mikroorganisme penyakit yang dapat dibedakan dalam aspek-aspek tertentu dari organisme-organisme penyakit lainnya. Yang terpenting dari semua ini adalah penyakit tersebut kebal terhadap proses imunisasi atau terapi apa pun di saat kita hendak melepaskan diri dari penyakit ini“

Jakob Segal, mengungkapkan bahwa USA telah berhasil menciptakan AIDS untuk disebarkan kepada manusia. Menurut Segal, HIV/AIDS diciptakan di Fort Detrick, Maryland, dengan cara menggabungkan genom Viral dari Visna dan HTLV-1, karena keduanya hampir identik dengan HIV genome.

Pada 1957, saat melakukan eksperimen vaksin polio, Dr. Hillary Koprowski, menggunakan jaringan ginjal monyet yang telah dijangkiti virus yang dekat dengan AIDS, SV40, kemudian mengawasi proses injeksi vaksin yang telah terkontaminasi tersebut terhadap ratusan ribu orang negro Afrika. Anehnya mengapa percobaan itu tidak dilakukan saja kepada orang-orang Amerika sendiri. Meskipun begitu ia menolak bahwa ia ikut dalam penciptaan HIV/AIDS dan Koprowski juga menolak jika mereka menciptakan vaksin polio dengan ginjal monyet.

Pada 1978, Centers for Disease Control (CDC) mulai mengeluarkan advertensi bagi homoseksual yang ingin berpartisipasi dalam “Percobaan vaksin Hepatitis B“. Percobaan pertama yang dilakukan oleh CDC adalah di New York, Los Angeles, San Fransisco, pada tahun yang sama. Pada tahun 1981 kasus AIDS pertama diketahui terjangkit pada laki-laki homoseksual di New York, Los Angeles, dan San Fransisco, membangkitkan spekulasi bahwa AIDS mungkin telah di tulari melalui vaksin Hepatitis B.

Wangari Maathai mengungkapkan bahwa dia yakin AIDS adalah senjata biologi yang sengaja diciptakan.

“Sebagian orang mengatakan bahwa AIDS datang dari monyet, tapi saya meragukan hal itu, karena kami telah hidup bersama-sama monyet sejak dahulu kala, yang lain mengatakan bahwa hal itu merupakan kutukan tuhan, tapi saya katakan itu tidak mungkin”

“saya tidak memiliki gambaran siapa yang menciptakan AIDS dan apakah itu merupakan suatu agen Biologi atau bukan. Tapi saya tahu pasti hal-hal seperti itu tidak akan begitu saja jatuh dari langit. Saya selalu berpikir bahwa sangat penting untuk menyampaikan kebenaran kepada setiap orang, tapi saya rasa ada beberapa kebenaran yang tidak boleh terlalu diekspos”
Flu Burung

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menuduh World Health Organization (WHO) dan USA melakukan konspirasi dalam pengumpulan sampel-sampel virus flu burung dan produksi-produksi vaksinnya. (The Jakarta Post/03/16/2008).

“Saya katakan kepada WHO bahwa mekanisme mereka dalam mengumpulkan virus-virus dari negara-negara berkembang sangat tidak adil. Cara yang sama sebuah negara imperialis memperlakukan koloninya”

Selanjutnya ibu Siti Fadilah Supari marah ketika mengetahui sampel H5N1 yang ia kirimkan ke WHO ternyata digunakan secara ekslusif oleh 15 orang ilmuwan di laboratorium Amerika Serikat di Los Alamos.

(Saya rasa Indonesia sangat beruntung memiliki beliau)
NAMRU

Siti Fadilah Supari pernah berkata dalam sebuah wawancara, bahwa laboratorium Media Angkatan Laut AS (NAMRU) yang berada di Indonesia untuk melakukan penelitian atas penyakit-penyakit tropis sama sekali tidak memberikan keuntungan apapun pada negara tuan rumah, dan tidak transparan dalam operasinya. Menteri mengatakan bahwa laboratorium Angkatan Laut AS di Jakarta telah menerima sampel virus dari seluruh bagian Indonesia, tetapi sekarang sudah dihentikan.

“Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan virus-virus yang kami kirimkan itu.”

Endang Rahayu Sedyaningsih adalah salah satu WNI yang berwenang atas keberadaan laboratorium Namru 2 (Naval Medical Research Unit/NAMRU-2), wanita yang pernah menjadi staf litbang Depkes ini, dituding oleh mantan Menkes sebelumnya, Siti Fadilah Supari, sebagai orang yang mengirimkan spesimen virus influenza A (H5N1) ke laboratorium NAMRU-2 saat Departemen Kesehatan yang saat itu dia pimpin memutuskan untuk menghentikan pengiriman spesimen guna memprotes mekanisme pertukaran virus WHO yang tidak adil.

Dia memiliki akses untuk keluar masuk dengan bebas di Namru. Aktivitasnya ini kemudian diketahui oleh Siti. Karena ketahuan itulah kemudian Endang dimutasi jabatannya dan diminta untuk minta maaf kepada Siti Fadilah.

Mengenai kedekatannya dengan orang-orang di laboratorium riset Angkatan Laut Amerika ini, Endang mengatakan sebagai peneliti dia sering berhubungan dengan lembaga-lembaga riset di dalam dan luar negeri termasuk Namru 2 dan mengenal orang-orang yang bekerja di sana.

“Jadi saya dekat dengan Namru, saya dekat dengan Belanda, saya dekat dengan NIID (National Institute of Infectious Diseases) di Jepang, saya dekat dengan China, ada penelitian malaria. Sebagai peneliti kita dekat dan bekerja sama. Jadi tidak ada saya dekat dengan ini, tidak dekat dengan itu. Itu semua berbasis profesional kerjasama,” tegas Menkes Endang Rahayu ketika ditanya perihal kedekatannya dengan Namru, Kamis (22/10).
Kematian Para Ilmuwan
Lee Jong-woo (61)

Meninggal dunia pada 22 Mei 2006 , disebabkan oleh gumpalan darah pada otaknya. Dia memimpin perjuangan organisasinya untuk melawan ancaman global Flu Burung, AIDS, dll. Dirjen WHO sejak 2003, Lee adalah pejabat Internasional ternama yang tidak memiliki riwayat sakit.
Dr. Mario Alberto Vargas Olvera (52)

Meninggal dunia 6 Oktober 2007, karena beberapa luka benda-benda tumpul di kepala dan lehernya. Polisi mengkategorikannya sebagai pembunuhan. Ia adalah seorang ahli biologi yang terkenal secara nasional dan internasional.
Robert J. Lull

Meningggal 19 Mei 2005, meninggal karena motif perampokan yang aneh. Inspektur bagian pembunuhan mengatakan :

“Seorang perampok pada umumnya akan mengambil lebih banyak benda-benda berharga korban ketimbang kartu kredit korban”. Lull adalah mantan Kepala the American College of Nuclear Physicians, the San Fransisco Medical Society, dan juga bertindak sebagai editor jurnal San Fransisco Medicine.“
Bagaimana Virus dan Bakteri Bisa Dikendalikan Sebagai Senjata Biologi


Sebetulnya saya belum begitu paham dengan mekanisme penciptaan virus. Namun dari sebuah buku pelajaran, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa Virus atau Bakteri dapat di ciptakan dari Mutasi Biologis. Dalam komposisi mutagen yang memiliki kemampuan untuk mengubah kondisi DNA suatu sel, sehingga akan mengalami mutasi. Pada akhirnya bakteri atau virus dapat diciptakan sebagai vaksin ataupun senjata biologi.

“Perkembangan penduduk adalah isu yang sangat besar yang dihadapi dunia pada tahun-tahun mendatang, sebuah dunia dengan penghuni 10 juta manusia bukanlah dunia yang ingin kita tinggali. Apakah kondisi dunia ini tidak dapat kita hindarkan? Ada dua cara yang memungkinkan kondisi dunia seperti itu dapat dicegah. Apakah dengan menurunkan jumlah kelahiran atau tingkat kematian meningkat. Tak ada cara lain.” (Robert Mc Namara, Presiden, World Bank, Mantan menteri pertahanan)

Perlu saya perjelas, tidak ada maksud saya untuk menakut-nakuti pembaca dan saya sendiri juga bukan ketakutan. Saya hanya ingin memberi tahu apa yang saya tahu.